Pekan ke-29 Liga Inggris menyajikan laga besar, Arsenal sebagai tuan rumah akan ditantang tamunya dari kota Merseyside, Liverpool pada Kamis, (16/03/2022).
Arsenal dan Liverpool sama-sama membutuhkan kemenangan, namun dengan tujuan yang berbeda.
The Gunners bernafsu mendulang tiga angka untung mendapatkan satu tiket menuju zona Liga Champions musim depan.
Pasukan Arteta itu saat ini berada di peringkat empat klasemen Liga Inggris dengan torehan 51 angka dari 26 pertandingan.
Tambahan tiga poin akan membuat Bukayo Saka dan kolega unggul empat poin dari pesaing terdekat mereka di top four, Manchester United.
Sedangkan bagi Liverpool, kemenangan menjadi harga mati, Hasil imbang Manchester City melawan Crystal Palace membuka peluang bagi tim asuhan Jurgen Klopp untuk memangkas jarak dari The Citizens menjadi satu poin saja.
Jelas, The Reds akan melakukan segala cara untuk mengandaskan perlawanan Arsenal di Emirates Stadium demi menjaga asa mereka untuk merengkuh trofi Liga Inggris.
Arsenal dan Liverpool adalah dua tim yang sama-sama mempercayakan pemain muda untuk menjadi tulang punggung tim.
Khususnya bagi The Gunners, performa pemain muda mereka begitu mendongkrak performa Arsenal musim ini.
Dilansir SquawkaArsenal menjadi tim dengan sumbangan gol terbanyak lewat pemain yang berusia di bawah 23 tahun di Liga Inggris musim ini.
Ya, jika dikalkulasi, barisan pemain muda Arsenal sukses menyumbangkan 25 gol!
Dan 18 gol diantaranya adalah sumbangsih dari pemain akademi mereka, Bukayo Saka (8) dan Emile Smith rowe (10).
Liverpool juga tak ketinggalan, ada dua nama pemain muda The Reds yang sering dipercaya Jurgen Klopp untuk mengawal lini tengah.
Adalah Curtis Jones dan Harvey Elliott, meski torehan gol mereka tak semencolok penggawa muda The Gunners, namun keduanya menjadi gacoan sempurna Klopp ketika The Reds membutuhkan kreatifitas di lini tengah.
Dan duel besok dini hari, berpotensi besar untuk menjadi ajang ‘pamer’ bagi para pemain muda Liverpool dan Arsenal untuk unjuk gigi.
Peran Vital Smith Rowe & Bukayo Saka di Arsenal
Sejak dua musim terakhir, Arsenal sudah menerapkan filosofi sepak bola mereka dengan sesering mungkin mengorbitkan dan memainkan para pemain yang berasal dari Hale End.
Hale End merupakan nama sekolah sepak bola Arsenal, yang bertujuan untuk menggodok bakat-bakat pemain muda The Gunners untuk dapat menjadi pemain andalan Arsenal di masa depan.
Musim ini saja, Arsenal telah mengorbitkan deretan pemain muda mereka ke skuat inti.
Di antaranya, Eddie Nketiah, Reiss Nelson (dipinjamkan), Bukayo Saka, hingga Emile Smith Rowe yang berasal dari Hale End dan telah mencicipi panggung senior bersama Arsenal.
Dua nama yang disebutkan terakhir bisa dibilang sebagai produk Hale End yang paling memberi dampak positif untuk The Gunners di musim ini.
Bukayo Saka adalah produk akademi Arsenal yang mencintai klub asal London Utara tersebut sejak kecil, ia tampil melejit di Hale End dan selalu menjadi pilihan utama dalam skuat kelompok umur Arsenal.
Atas penampilan gemilangnya, Saka pun menjadi incaran klub-klub elit eropa. Namun, kecintaannya terhadap Arsenal membuat dirinya memutuskan untuk bertahan.
“Saya mendapatkan tawaran bergabung dari Spurs, Fulham, dan Chelsea, namun saya hanya memilih Arsenal,” kata Saka dilansir Football London.
“Saya bahagia di sini dan senang dengan cara Arsenal bermain, jadi itu pilihan yang sangat mudah,” lanjutnya.
Saka melakoni debutnya bersama skuat utama Arsenal pada musim 2018/2019, kala The Gunners bertanding di Liga Eropa menghadapi tim asal Ukraina, FC Vorskla Poltava.
Saat itu, pemain berusia 20 tahun tersebut dimasukkan pada menit ke-68 untuk menggantikan gelandang Arsenal yang kini bermain bersama Juventus, Aaron Ramsey.
Bermain selama 22 menit, Saka tampil gemilang, kemampuannya dalam melakukan dribel dan menciptakan peluang beberapa kali mampu merusak fondasi pertahanan lawan.
Satu umpan kunci, dua dribble succes, dan satu shots on goal berhasil ia torehkan hanya dalam waktu 22 menit bermain di lapangan.
Atas kegemilangannya tersebut, Saka pun menjadi lebih sering dipanggil untuk mengisi skuat utama The Gunners di era kepelatihan Unai Emery.
Bersama pelatih yang kini menahkodai Villareal tersebut, Saka mendapatkan banyak kesempatan tampil pada musim 2019/2020.
Di ajang Liga Primer Inggris, Saka tampil sebanyak 26 kali. Lalu, di Liga Europa dan Piala FA, Saka bermain sebanyak 10 kali.
Jika dikalkulasi, punggawa Timnas Inggris itu tampil sebanyak 38 kali dan sukses menyumbangkan 4 gol dan 11 assist.
Di musim selanjutnya, kepergian Unai Emery tak membuat Bukayo Saka luput dari sang penerus tongkat kepelatihan, Mikel Arteta.
Di tangan juru taktik asal Spanyol tersebut, Saka lebih diberi kepercayaan untuk bermain sebagai starter dan mendapatkan menit bermain yang lebih banyak.
Di era kepelatihan Arteta juga sang pemain mendapatkan panggilan Timnas Inggris untuk pertama kalinya di usia 19 tahun.
Saka menjadi tumpuan lini depan The Gunners dari musim lalu hingga sekarang, bermain sebagai winger kanan, sang pemain mampu menunjukan performa gemilang dengan rajin menyubangkan assist dan peluang berbahaya.
Sejak musim lalu, Saka telah mencatatkan 17 assist untuk The Gunners di seluruh kompetisi, menjadi yang terbanyak di antara pemain Arsenal lainnya.
Pergerakannya yang gesit dan sering berada di kotak 16 membuat ia menjadi penyumbang penalti terbanyak untuk Arsenal, penalty kicks won sang pemain berada di angka 0.08 per pertandingan.
Saka pun berhasil menendang pemain termahal Arsenal sepanjang sejarah, Nicolas Pepe untuk duduk manis di bangku cadangan.
Produk Hale End yang tak kalah mentereng dari Bukayo Saka adalah Emile Smith Rowe, pemain berusia 21 tahun tersebut menjadi tulang punggung The Gunners di lini tengah, dan juga dapat dimainkan di posisi sayap.
Sebelum segemilang ini bersama Arsenal, Smith Rowe dua kali dipinjamkan Arsenal ke tim Bundesliga, RB Leipzig dan tim Championship, Huddersfield Town.
Saat dipinjamkan ke RB Leipzig pada musim 2018/2019 lalu, pemain asal Inggris tersebut banyak mengalami cedera, itu membuatnya hanya tampil sebanyak 3 pertandingan dengan catatan 28 menit bermain.
“Melihat ke belakang itu adalah masa yang sulit dalam karier saya, tetapi saya tidak akan mengubahnya. Ini membantu saya menjadi diri saya hari ini,” kata Smith Rowe dilansir Football London.
Saat dipinjamkan ke Huddersfield-lah, kemampuan terbaik Smith Rowe muncul.
Ia menjadi sosok tak tergantikan di lini tengah Huddersfield, Smith Rowe bermain sebanyak 19 kali dengan berhasil menyumbang 3 gol dan 7 assist.
Bermain di posisi playmaker, pemain dengan postur 182 cm tersebut selalu menjadi otak serangan Huddersfield.
Atribut utama yang dimiliki Smith Rowe adalah kreativitas dalam melihat celah pertahanan lawan.
Setelah tampil impresif bersama Huddersfield, Smith Rowe pun dibawa pulang Arsenal dan langsung masuk skuat utama The Gunners.
Tak perlu waktu lama, ia langsung berhasil menarik perhatian Arteta dengan sering menjadi pemain sebelas utama pilihan pelatih asal Spanyol tersebut.
Formasi 4-2-3-1 yang jadi andalan Arteta, butuh seorang playmaker yang mampu menguasai ruang antar lini guna memperlancar aliran bola dalam fase menyerang The Gunners.
Dan smith Rowe adalah jawabannya, ia mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
Smith Rowe bisa bermain dengan bagus saat dirinya berada dalam tekanan, pengambilan keputusannya dalam berlari dan kepekaan posisinya berada di level yang tinggi.
Tak hanya bermain di tengah, ia juga dapat dimainkan sebagai pemain sayap saat Arteta memasang Odegaard di posisi gelandang serang.
Meski bermain lebih melebar, pemain asal Inggris tersebut masih berperan sebagai playmaker, dengan mengatur serangan The Gunners di sepertiga akhir.
Visi bermain dan kreatifitas yang dimiliki sang pemain membuat ia tak kesulitan untuk beradaptasi dengan berbagai skema dan perain yang diberikan Arteta.
Atribut spesial Elliot dan Curtis Jones di Liverpool
Pada awalnya, Jones dibawa Klopp hanya sebagai pelapis untuk menggantikan gelandang-gelandang Liverpool yang absen karena cedera.
Namun, Jones mampu memaksimalkan kesempatan itu dengan baik, sekarang dia menjadi gelandang andalan Liverpool, yang membuat Klopp tak ragu untuk mencadangkan Keita, Chamberlain sampai Thiago untuk memberi kesempatan Jones bermain.
Jones berperan sebagai gelandang serang dalam skema 4-3-3 milik Klopp.
Jones kuat dalam penguasaan bola, ia memiliki kemampuan menggiring yang dapat dimanfaatkan Klopp untuk menusuk area pertahanan lawan.
Dilansir Sofascore, succ. dribbles Jones mencapai angka 2.5 (83%). Di antara gelandang tengah Liverpool, hanya Naby Keita yang menorehkan rata-rata lebih baik dari Jones.
Jika diakumulasi dari seluruh pertandingan Jones bersama Liverpool, pass completion Jones berada di angka 92%.
Jones tak mengecewakan ketika diberi kesempatan dan dia membuktikan bahwa dia bisa diandalkan.
Penampilan paling apik Jones ia tunjukan saat Liverpool berhasil menghancurkan Porto dalam pekan kedua penyisihan Grup B Liga Champions pada (29/9/2021).
Dalam pertandingan yang berakhir dengan skor 1-5 untuk kemenangan Liverpool tersebut, Curtis Jones berhasil menyabet gelar Man of The Match.
Curtis Jones terlibat dalam empat gol Liverpool, ia sukses mencetak dua assist, dan dua bola rebound darinya yang berujung gol.
“Curtis bermain sangat bagus, dia ada di mana-mana, dia terlibat dalam segala hal,” Puji Klopp dilansir BT Sport.
“Secara defensif dia sangat berkelas, bertahan dengan sangat baik, menekan sisi lemah lawan, dan banyak lagi,”
“Saya terkesan dengan penampilannya malam ini, jadi ayo lanjutkan, Curtis!,” lanjut pelatih asal Jerman itu.
Apa yang dikatakan Klopp tidaklah berlebihan, Curtis Jones memang tampil mengesankan di laga tersebut.
Assistnya kepada Roberto Firmino paling terlihat istimewa, ia menjadi kreator serangan balik dari sisi kiri pertahanan Liverpool.
Lalu mengirim umpan lambung terukur menggunakan kaki kiri kepada pemain asal Brasil tersebut, dan dengan dingin, Firmino berhasil mencatatkan namanya di papan skor.
Meski baru berusia 20 tahun, visi bermain Jones sangat luar biasa, ia tahu kapan harus menggiring bola dan memberi umpan.
Pemain bernomor punggung 17 tersebut sekarang telah menjadi pemain kunci di lini tengah Liverpool menggantikan Wijnaldum.
Dengan kemampuannya yang istimewa, tak heran jika Liverpool mampu dibawanya untuk menjadi juara Liga Champions ataupun Liga Inggris musim ini.
Dan satu gelandang muda lain yang Jurgen Klopp beri kepercayaan lebih adalah Harvey Elliot, tak seperti Curtis ataupun Wijnaldum, Elliott bermain lebih menusuk dan agresif.
Atributnya yang memiliki kecepatan dan skill olah bola membuat Klopp memaksimalkan perannya untuk mensupport Mo Salah di sisi kanan.
Ketika Salah bergerak ke tengah, Elliott-lah yang berperan sebagai seorang winger. Penampilannya pun begitu cemerlang, ia dipercaya Klopp tampil sebagai starter dalam empat partai awal Liga Inggris.
Ya, kontribusi dan kemampuan yang disajikan Harvey dan Curtis-lah yang membuat Klopp memilih untuk tidak mendatangkan gelandang anyar guna menggantikan Wijnaldum.
Klopp sering kali mengatakan dengan tegas bahwa kedalaman lini tengahnya cukup baik, dan alasan dia mengatakan hal itu adalah karena kehadiran Harvey Elliott dan Curtis Jones.