Pemain bertahan Crystal Palace, Joachim Andersen mendapat ratusan pesan ancaman hingga pembunuhan setelah menyebabkan penyerang Liverpool Darwin Nunez mendapatkan kartu merah.
Joachim Andersen terlibat insiden dengan Darwin Nunez saat Crystal Palace menahan imbang tuan rumah Liverpool dengan skor 1-1 pada pekan kedua Liga Inggris, Selasa (16/8/2022) dini hari.
Insiden dikartu merahnya Darwin Nunez terjadi pada babak kedua menit 57.
Sebelum insiden ini terjadi, Andersen ditugaskan untuk mengawal pergerakan Nunez di atas lapangan.
Andersen pun terlibat duel dengan Nunez dalam perebutan bola.
Selain duel, Nunez juga beberapa kali mendapat intimadasi dari Andersen.
Puncaknya, Nunez terpancing dengan tekanan yang terus dilakukan bek asal Denmark tersebut.
Pada menit ke-57, eks striker Benfica itu naik pitam hingga berujung tandukan yang diarahkan ke dagu Andersen.
Tindakan Nunez langsung direspon wasit Paul Tierney dengan kartu merah.
Sementara Anderson hanya dihukum kartu kuning.
Rupanya insiden ini masih berbuntut setelah laga berakhir imbang 1-1.
Menurut laporan BBC, Anderson mendapat ancaman pesan berjumlah ratusan yang ditujukan kepadanya.
Ratusan pesan ancaman itu dikirimkan melalui fitur pesan instagram.
Beberapa pesan itu ada yang berupa ancaman pembunuhan.
Menyikapi situasi ini, bek berusia 26 tahun ini akan melibatkan kepolisian setempat.
Hal ini harus dilakukannya pasca banyak pesan yang tak pantas dikirimkan oleh orang tak bertanggung jawab tersebut.
“Mungkin mendapat 3-400 pesan selama semalam,” buka Joachim Andersen dikutip dari laman BBC.
“Saya mengerti Anda mendukung tim tetapi memiliki rasa hormat dan berhenti bertindak keras secara online,” tegasnya.
“Semoga Instagram dan Liga Premier melakukan sesuatu tentang ini,” harap Andersen.
Adapun sorang juru bicara Liga Premier mengkonfirmasi bahwa badan pengatur juga telah menghubungi Palace untuk menawarkan bantuan.
Seorang juru bicara Meta, pemilik Instagram dan Facebook, mengatakan: “Kami memiliki aturan ketat terhadap intimidasi dan pelecehan dan kami berhubungan langsung dengan tim Joachim mengenai masalah ini.
“Karena DM adalah ruang pribadi, kami tidak secara proaktif mencari ujaran kebencian atau intimidasi dengan cara yang sama seperti yang kami lakukan di tempat lain, dan kami membutuhkan seseorang untuk melaporkan pesan di aplikasi sebelum kami dapat mengambil tindakan.
“Tidak ada yang akan menyelesaikan tantangan ini dalam semalam, tetapi kami melanjutkan pekerjaan kami dengan industri dan Pemerintah untuk membantu menjaga komunitas kami aman dari penyalahgunaan.”
Sebuah studi PFA 2021 menemukan 44 persen pemain Liga Premier menerima pelecehan online.
Sementara analisis Ofcom dari 2,3 juta tweet pada paruh pertama musim lalu menemukan hampir 60.000 posting kasar, mempengaruhi tujuh dari 10 pemain papan atas.
Pada bulan Maret, Liga Premier mengatakan telah membuka lebih dari 400 penyelidikan atas penyalahgunaan pemain, manajer, ofisial pertandingan dan keluarga mereka selama setahun terakhir.
Sistem pelaporan penyalahgunaan online diluncurkan pada Juni 2020.
Sementara itu, rencana undang-undang keamanan internet baru di Inggris telah ditunda hingga perdana menteri baru ditetapkan pada musim gugur.
(Tribunnews.com/Ipunk)